Apraksia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merencanakan dan melaksanakan gerakan bertarget, khususnya gerakan motorik kompleks, termasuk gerakan bicara. Gangguan ini terkait dengan disfungsi pada otak, terutama di area yang bertanggung jawab untuk perencanaan dan koordinasi gerakan.
### **Jenis Apraksia:**
1. **Apraksia Motorik atau Ideomotor:**
– **Ciri-Ciri:** Kesulitan dalam melaksanakan gerakan yang diminta atau disajikan secara visual.
– **Contoh:** Kesulitan mengikuti perintah seperti mengacungkan tangan atau memberi isyarat dengan kepala.
2. **Apraksia Konstruktif atau Konstruksi:**
– **Ciri-Ciri:** Kesulitan dalam membuat atau menggambar bentuk geometris atau objek tertentu.
– **Contoh:** Sulit membuat bangun-bangunan sederhana atau menggambar suatu objek.
3. **Apraksia Bicara atau Apraksia Artikulatori:**
– **Ciri-Ciri:** Gangguan dalam merencanakan dan melaksanakan gerakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suara dan mengucapkan kata-kata.
– **Contoh:** Kesulitan dalam mengucapkan kata-kata meskipun otot-otot bicara normal.
### **Gejala Apraksia:**
1. **Kesulitan Melaksanakan Gerakan Tertentu:**
Penderita apraksia mengalami kesulitan dalam melaksanakan gerakan tangan atau kaki yang spesifik, terutama yang melibatkan koordinasi kompleks.
2. **Kesulitan Merencanakan Gerakan:**
Merencanakan gerakan menjadi tantangan, dan mereka mungkin mengalami kekacauan atau kebingungan ketika mencoba melakukan tugas yang melibatkan langkah-langkah berurutan.
3. **Gangguan pada Gerakan Bicara:**
Apraksia bicara menyebabkan gangguan dalam kemampuan menghasilkan suara dan mengontrol otot-otot bicara, menyebabkan kesulitan dalam pengucapan kata-kata dan kalimat.
4. **Kesulitan Meniru Gerakan:**
Penderita apraksia dapat mengalami kesulitan meniru gerakan yang ditunjukkan oleh orang lain.
5. **Gangguan pada Kemampuan Konstruktif:**
Apraksia konstruktif dapat terlihat dalam kesulitan membuat gambar atau mengonstruksi objek dengan benar.
### **Penyebab Apraksia:**
1. **Cedera pada Otak:**
Trauma kepala, stroke, atau tumor otak dapat menyebabkan kerusakan pada area otak yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan gerakan.
2. **Gangguan Degeneratif:**
Beberapa kondisi neurodegeneratif, seperti penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson, dapat menyebabkan apraksia karena kerusakan otak yang progresif.
3. **Kelahiran dengan Gangguan Neurologis:**
Beberapa individu mungkin lahir dengan kelainan atau gangguan neurologis yang menyebabkan apraksia.
### **Pengelolaan Apraksia:**
1. **Terapi Rehabilitasi:**
Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik dan bicara penderita apraksia.
2. **Latihan dan Pemulihan Fungsi:**
Latihan terstruktur dan program pemulihan dirancang untuk meningkatkan koordinasi gerakan dan keterampilan bicara.
3. **Adaptasi Lingkungan:**
Modifikasi lingkungan dan bantuan teknologi dapat membantu individu dengan apraksia beradaptasi dengan tugas-tugas sehari-hari.
4. **Dukungan Psikososial:**
Mendukung penderita apraksia secara emosional dan memberikan dukungan psikososial dapat membantu mereka mengatasi tantangan sehari-hari.
5. **Edukasi Keluarga dan Perawat:**
Penting untuk memberikan edukasi kepada keluarga dan perawat tentang kondisi ini untuk memahami cara terbaik mendukung penderita apraksia.
Apraksia dapat memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, tetapi dengan pendekatan terapi yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak individu dapat mengalami peningkatan keterampilan motorik dan fungsi bicara mereka. Setiap perencanaan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap individu, dan konsultasi dengan profesional kesehatan dan terapis terlatih sangat dianjurkan.