Pengalaman Menanam Buah Nanas di Lombok

Usai melakukan cultural experience @endeso.id yang terakhir, saya merasa jauh lebih laki. akhirnya beneran belajar nyawah dan berkebun secara langsung meskipun dalam waktu yang singkat. Gak hanya itu, bisa menganyam dan membuat gerabah pastinya sangat bermanfaat dalam rumah tangga *yeah. Jadi inget kata Ibu, laki zaman sekarang jangan cuma jago komputer doang, minimal bisa berkebun lah atau benerin listrik.

Nah, kali ini saya diajari bagaimana cara menanam buah nanas. Mengapa nanas, karena saat itu hanya nanas yang sedang memasuki masa penanaman. Ada sekitar 50 jenis buah dan sayuran yang ditanam di rumah Hj Radiah. Rumah Hj Radiah sendiri konon merupakan salah satu homestay tertua yang ada Lombok Timur. Zaman Senggigi masih hutan, ini homestay udah jadi tempat untuk para pelancong menginap.

Konsepnya sama dengan buah-buahan yang lain, yang ditanam adalah tunas nanasnya (itu yang ada dikepalanya nanas). Nah itu yang dikepala nanas dicabut terus ditanem deh. Kedalaman lubang tanaman juga harus diukur karena gak bisa sembarangan bray. Kalau sembarangan, bisa rentan terhadap hama. Saya lupa nama hamanya, tapi sejenis ulat gitu yang bikin daun nanas jadi berwarna merah. Setelah itu tanah humusnya ditutup plastik dan tak perlu disiram. Menurut Hj Radiah sih, panen tergantung bagus tunasnya. Bisa menunggu hingga bulanan bahkan sampai satu tahun.

Disini, saya juga banyak melihat pohon-pohon yang belum pernah saya lihat sebelumnya, macam pohon Gaharu, pohon Salak, pohon Anggur, dsb. Bagi saya sih semuanya nampak sama, tapi tidak bagi Hj Radiah yang udah puluhan tahun berkecimpung di bidang pertanian dan perkebunan.

Kalau lain kali ada kegiatan macam ini, saya pengen lagi euy. Menarik juga kalau ada kelas memancing dengan bambu atau kelas berburu. Selain menikmati alam, kita juga bisa sekalian banyak belajar. Siapa tahu, keahlian kita bisa dipakai dalam kondisi tertentu. Betul?

Pengalaman ini merupakan salah satu yang menyenangkan sekali. Selagi itu positif, apa salahnya untuk mencoba, bukan? Source : catatanbackpacker